Minggu, 24 Agustus 2008

TATAKRAMA DALAM MENUNTUT ILMU



(Bahan MOS SMA TMI Roudlatul Qur'an)
Oleh: Saiful Hadi, S.S.I.,Lc
Disarikan dari kitab Tanbih al Muta’allim
Karya: Hadlratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari
  1. Membersihkan diri dengan mandi dan berwudlu atau memakai wangi-wangian sebelum berangkat ke sekolah. Agar saat belajar senantiasa merasa tenang dan tenteram sehingga dapat menyerap pelajaran dengan maksimal.
  2. Mempersiapkan seluruh alat belajar, seperti buku pelajaran, pena dan yang lainnya, agar tidak terusik dengan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi belajar.
  3. Di dalam kelas, hendaknya duduk dengan tenang, patuh terhadap Guru dan konsentrasi penuh terhadap pelajaran. Pilihlah tempat duduk yang strategis; tidak terlalu jauh dengan Guru dan tidak terlalu dekat sehingga dapat menyimak pelajaran dengan tenang.
  4. Memulai belajar dengan membaca basmalah serta mengakhirinya dengan membaca hamdalah dan shalawat lalu berdo’a supaya diberikan ilmu yang bermanfaat.
  5. Konsentrasi dengan disiplin ilmu yang dipelajari dengan memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh. Jika tidak faham, bertanyalah dan minta dijelaskan lebih mendetil dengan penuh sopan santun. Jangan lupa, catat hal-hal yang penting yang disampaikan Guru.
  6. Pelajari kembali pelajaran yang telah diterima di sekolah, supaya apa yang telah kita pelajari baik dari buku maupun keterangan Guru segera meresap dan bersemayam dalam hati. Jadi, pelajaran harus dipelajari berulang-ulang.
  7. Sewaktu mengikuti pelajaran, hendaknya menata jiwa (batin) dan mengedapankan pekerti yang baik dan berbudi luhur, agar kita mendapatkan keluhuran dalam semua hal.
  8. Selain etika (adab) batiniyah tersebut, tidak kalah pentingnya menjaga etika (adab) badaniyah, yakni menjaga makanan, pakaian dan semua perangkat belajar yang hanya diperoleh dengan cara yang halal. Jika kedua dimensi (batiniyah dan badaniyah) tersebut terpenuhi, Insya Allah kita akan mendapatkan terangnya akal dan jernihnya hati nurani. Kedalam jiwa dan badan seperti inilah ilmu akan mengalir dengan deras.
  9. Kurangi aktivitas atau perkara-perkara yang mubah, yakni yang diperbolehkan oleh Allah. Akan lebih baik lagi apabila kita mampu meninggalkan perkara mubah yang mubah itu. Lebih-lebih yang haram. Kalau perbuatan mubah saja dapat menimbulkan kotoran dalam jiwa, apalagi yang haram/dosa.
    Al Imam al Syafi’i RA berujar: “Orang yang mencari ilmu namun ia terlena dengan kehidupan duniawi serta memanjakan diri, ilmunya tidak akan menjadikannya orang yang mulia.”
  10. Jagalah etika kepada orang tua. Doakan keduanya baik yang telah meninggal maupun yang telah wafat. Jangan lupa untuk menyisihkan amal kebaikan yang dilakukan untuk diniatkan pahalanya untuk kedua orang tua, seperti shadaqah dan yang lainnya.
  11. Selain orang tua, kita harus memulyakan Guru. Antara lain dengan menghormati, meluhurkan serta mentaati perintahnya selama tidak bertentangan dengan syariat. Ingat, orang tua berjasa menyelamatkan/melahirkan dalam kehidupan dunia, tapi Guru berjasa menyelamatkan dalam kehidupan akhirat dengan ilmu syariat yang diajarkannya.
  12. Bersikap dan berprilaku untuk memperoleh keridlaan Guru secara ikhlas. Jangan menentang dan menampakkan hal-hal yang dapat mengecewakan mereka baik secara lahir maupun batin. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Bersikaplah sopan santun terhadap orang yang engkau belajar kepadanya (Guru).” (HR. Al Bayhaqi) .
  13. Jangan pindah-pindah tempat duduk sekiranya dapat membuat Guru jengkel.
  14. Apabila tidak dapat mengikuti pelajaran atau masuk sekolah, mintalah izin baik secara langsung ataupun tertulis melalui surat.
  15. Bersungguh-sungguh, konsisten dan istiqamah. Sebab ilmu tidak dapat diperoleh dengan sambil lalu dan nyantai atau enak-enakan. Tapi perlu perjuangan yang benar-benar total.
  16. Setelah memperoleh ilmu, diskusikan kembali dengan teman yang dianggap lebih menguasai dan lebih ahli. Sebab ilmu akan terus bergerak dinamis apabila sering didiskusikan.
  17. Pelajarilah ilmu sedikit demi sedikit. Jangan borongan tapi tanpa disertai pemahaman. Karena hal ini hanya akan melahirkan kepuasan semu belaka dan otak kita tetap kosong serta tidak membekas.
  18. Bagilah waktu dengan sistematis dan baik. Kapan saat belajar, dan kapan saat beraktifitas yang lain lalu buatlah skala prioritas dengan mengutamakan mana yang lebih penting.
  19. Benci dan buanglah rasa malas yang selalu melekat pada diri kita.
  20. Untuk memahami ilmu secara lebih, bacalah secara berulang-ulang dengan memperhatikan waktu atau saat-saat yang paling tepat. Sepertiga malam setelah shalat tahajjud adalah waktu yang digemari para ulama untuk hal tersebut.
  21. Kuasailah ilmu secara mendalam sebelum berpindah kepada ilmu yang lain. Namun bukan berarti meremehkan ilmu yang lain.
  22. Jangan gumedi (sombong dan merasa pintar). Kita harus mau belajar kepada orang yang lebih pintar dari kita siapapun orangnya, anak kecil sekalipun. Al Imam al Bukhari berpesan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan ilmu apabila ia malu dan merasa besar diri.
  23. Tatalah niat karena Allah Ta’ala, bahwa mencari ilmu yang bermanfaat hanya akan diperoleh bila semata-mata ikhlas karena mengharap ridla-Nya.
  24. Ilmu yang telah diperoleh jangan digunakan untuk membanggakan diri atau sombong.
  25. Sebarkankah ilmu yang telah didapat agar bermanfaat dan berfaedah baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri.
  26. Selain menyebarkan ilmu tersebut, amalkanlah dengan niat ikhlas agar kita tidak termasuk orang yang bakhil terhadap ilmu.

ETIKA MURID TERHADAP GURU
Disarikan dari kitab Tanwir al Qulub fi Mu’amalati al ‘Allam al Ghuyub
Karya: Syekh Muhammad Amin Al Kurdi, al Syafi’i, al Naqsyabandi

  1. Hendaknya sang murid memulyakan Gurunya dan mengagungkannya baik secara lahir maupun batin, dengan meyakini bahwa ia tidak akan mencapai tujuannya kecuali di bawah bimbingannya.
  2. Patuh, tunduk dan rela terhadap berbagai perlakuan sang Guru.
  3. Tujuannya bersama Gurunya itu tidak lain hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
  4. Memprioritaskan pilihan Gurunya dalam segala hal, baik secara universal maupun parsial, baik berkaitan dengan ibadah maupun kebiasaan.
  5. Tidak mengintai atau memata-matai prilaku Guru, namun hendaknya ia berprasangka baik kepadanya dalam segala hal.
  6. Menjaga (mengingat) Gurunya ketika tidak ada sebagaimana ketika ada, dan selalu memperhatikan dengan hatinya dalam segala hal baik saat bepergian maupun tidak guna memperoleh barakahnya.
  7. Tidak mengeluarkan pendapat pribadinya di hadapan sang Guru kecuali dengan memperhatikan etika.
  8. Termasuk menghormati Guru adalah menjaga rasa hormat terhadap keluarga sang Guru.
  9. Menghormati pemberian sang Guru seperti dengan tidak menjualnya kepada orang lain.
  10. Tidak mengurangi rasa yakin dan percaya kepada sang Guru jika ia melihat kekurangan dalam dirinya (Guru), seperti Guru yang banyak tidur pada waktu menjelang subuh, atau kurang wara’ atau yang lainnya. Karena Allah kadang meletakkan keteledoran tersebut pada diri seorang wali lalu mengingatkannya untuk menambal kekurangan tersebut. Semua ini berasal dari Allah sebagai bimbingan kepada para muridnya agar dengan melihat keteledoran Gurunya mereka tahu bagaimana melepaskan diri dari ketergelinciran mereka jika apa yang terjadi pada Guru mereka terjadi pada diri mereka. Para kaum sufi berkata, “Ketergelinciran orang-orang yang makrifat adalah pengangkatan kedudukan mereka”.
  11. Tidak banyak berbicara di hadapan Gurunya meskipun disertai dengan ramah tamah dalam berbicara, dan hendaknya ia mengetahui saat-saat berbicara dengannya sehingga tidak mengajaknya berbicara kecuali dengan penuh kesederhanaan dalam etika, kekhusyu’an, dan ketundukan tanpa berlebih-lebihan, kecuali terpaksa sesuai dengan kedudukan, derajat dan keadaannya serta mendengarkan jawaban sang Guru secara sempurna.
  12. Merendahkan suara saat berada dalam pertemuan bersama sang Guru, karena mengangkat suara di depan orang-orang besar adalah etika yang buruk.
  13. Tidak duduk bersila dan di atas sajadah saat berada di hadapan sang Guru. Akan tetapi seyogyanya ia bertawadlu’ di dalam majlis sang Guru, merasa kecil dan melayaninya.
  14. Segera melaksanakan perintahnya tanpa henti dan meremehkan seperti istirahat dan diam sebelum tugasnya selesai.
  15. Menjauhi hal-hal yang dibenci sang Guru dan membenci sesuatu yang dibencinya.
  16. Mencintai orang yang mencintai sang Guru dan tidak duduk bersama orang yang membenci Gurunya.
  17. Sabar jika melihat Gurunya keras atau tampak membencinya dan tidak iri jika Gurunya memperlakukannya beda dengan yang lain.
  18. Tidak duduk di tempat yang disediakan khusus untuk Gurunya, tidak memaksanya, serta tidak pergi, menikah dan melakukan sesuatu yang penting kecuali setelah memperoleh izinnya.

Sabtu, 02 Agustus 2008

TEKNOLOGI DI SMA TMI ROUDLATUL QUR'AN


SMA TMI Roudlatul Qur'an telah memiliki teknologi mutahir yang berkembang saat ini diantaranya:
  1. Seluruh santri dibekali dengan teknologi mutahir saat ini diantranya dengan diberikan pendidikan Keterampilan Komputer yang telah tergabung dalam Internet.
  2. Materi pelajaran tidak hanya mengacu pada kurikulum Nasional, tetapi juga di berikan tambahan materi, seperti Programing, Jaringan LAN (Lokal Area Network), dan program aplikasi lainnya.
  3. Progam Software Arabik sebagai penunjang pembelajaran Bahasa Arab dan juga Terjemah Bahasa Arab.
  4. selain program-program diatas, santri juga dibekali dengan keterampilan (life skill) seperti, khot tulis indah, drumband, dll.

PROGRAM KERJA SMA TMI METRO

SMA TMI Roudalatul Qur'an Metro, adalah SMA Umum yang memiliki nilai beda, selain mengajarkan mata pelajaran Umum, juga diajarkan pelajaran diniyyah ala syalafiah.

  • Diantara program unggulan yang ada di SMA TMI Roudlatul qur'an itu adalah:

  • Program Tahfidzul Qur'an Yaitu program menghafalkan Al Qur'an 30 juz bil ghoib, dengan tujuan untuk menjaga dan membudayakan sekaligus melestarikan Al Qur'an.
  • Program Tilawatil Qur'an Yaitu membaca Al Qur'an dengan kaidah seni baca Al Qur'an
  • Program Seni Budaya Sholawat : yaitu seni membaca kitab al barzanji dengan di iringi seni islami.
UNGGULAN SMA TMI METRO ROUDLATUL QUR'AN
1. Seluruh santri SMA di asramakan (Boarding School) dengan maksud mempermudah pembinaan, dan mengurangi pengaruh dari lingkungan luar yang tidak baik.

2. Santri SMA TMI Dibekali pembinaan mental dan fisik (pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate) yang dibina Oleh Ust. Musnad Ngaliman SH. I, tujuan program ini adalah untuk menjaga diri.

3. SMA TMI Dibina oleh dewan guru yang porfesional di bidangnya masing masing.